
Research: Ayos Purwoaji
”Jakarta emang g ada matinye”
Sepenggal kalimat tak berstruktur, yang nyata-nyatanya emang epektip untuk menggambarkan keadaan ibu kota yang satu ini. Buktinya? Hwm, setelah dua pekan lalu berkunjung ke Jakarta, yang saya dapatkan masih sama aja. Soal macet, panas, penumpukan manusia dalam sebuah pusat perbelanjaan, kebiasaan bergaya hidup hi class yang tidak sehat, polusi udara yang membabi buta, perkembangan mode yang semakin nyaris tidak mungkin lagi untuk diikuti, Jakarta memang tidak pernah mati. Saya sendiri sangat menyukai komik yang dibuat oleh Benny dan Mice dalam menggambarkan ibukota dalam Lagak Jakarta-nya, mirip, klop! Monggo di pirsani sendiri. Interesting ;)
***
Habitus warga Jakarta yang notabene berasal dari berbagai daerah di pelosok tanah air, seakan terlihat semakin glamour saja. Contoh kecilnya saja, pusat perbelanjaan FX-Generation Plaza di daerah Senayan. Pada hari biasa, mal yang satu ini biasa beroperasi hingga pukul 1 dini hari, dan parahnya lagi pas weekend bisa sampai jam 3 dini hari! Shopping till drop –all nite long shop, or, just wasting time to hang out with someone. Sempet mikir juga sih, ini to yang disebut gaya hidup masa kini?
Tentunya. Anda sendiri yang bisa menjawabnya.
***
Tapi selalu ada yang unik. Ada yang membuat saya tertarik ketika berada di dalam mal dengan arsitektur yang canggih nan unik ini. Ada wahana baru yang memanjakan pengunjung dengan permainan seru yang bisa memacu adrenalin pada tingkat maksimum. Dialah, The Atmostfear!
Info:
Hari biasa Rp. 50.000
Weekend Rp. 75.000
Usia min. 15 tahun dan tinggi badan min.130 cm.
Selain Atmosfear, yang menarik dalam mal ini adalah, TOC; The Other Culture (toys and vinyl figure store and another stuff like clothes, bags, and many more). Wuah, yang dulunya cuman mupeng pas ngelihat beberapa karakternya disebuah majalah desain grafis –babyboss, akhirnya saya menemukan wujud aslinya di tempat ia bersarang. Hmm, so nice…
Tapi ada yang disayangkan, semua barangnya dibandrol dengan satuan dollar. Mampuuuuuus! Ya nabung dulu lah. Namun, saya juga sedikit bangga, karena salah satu graphic designer dari berbagai vinyl figure keren yang dipajang adalah orang Indonesia, aseli kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah.
Karya sang graphic designer asal Jateng ini bisa di akses di www.theyhatemydesign.net atawa untuk TOC-nya bisa di akses di www.theotherculture.com. Harap maklum, saya sendiri memang gila akan action figure dan hal-hal yang berbau-bau visual art. hehehe...
Next,
Jalan-jalanLah saya ke Kota Tua –Jakarta Kota. Saya menyebutnya daerah edukasi. Tempat pembelajaran banyak hal akan keragaman sisa-sisa peninggalan jaman kolonialisme. Menyenangkan. Museum-museum berjajar berdekatan disepanjang jalan. Sebut saja Museum Fatahilah, Museum Keramik, Museum Wayang, dan masih banyak lagi museum lainnya. Setidaknya dari ketiga museum yang saya sebutkan diatas, dua diantaranya berhasil saya abadikan. Selamat menikmati photoshoot saya :)
Pada 1972, Gubernur periode 1966-1977 ini mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 11 mengenai penetapan kawasan cagar budaya Kota Tua Jakarta. Blok taman Fatahillah, Pasar Ikan, dan Glodok ditetapkan sebagai zona konservasi. Arsip studi, penelitian, dokumentasi Kota Tua banyak dihasilkan dari berbagai lembaga riset, yang merekomendasikan strategi dan rencana revitalisasi kawasan Kota Tua.

Ndak perlu bingung karena Hifatlobrain telah menyiapkan sebuah peta yang akan membantu Anda agar tidak tersesat dalam menyusuri pesona kota lama Jakarta.

5 comments:
nicework! hehehhe
nice shoot
tengkyuw :p
Ayos, emang "Lo Brain" yang keren.
Jadi pingin ke Jakarta nih, insya'allah aq Juli magang di sono!
wah mas augene, yang nulis itu mbak winda, bukan saya. jai mbak winda yang lo brain...
Post a Comment