
Tulisan ini akan mengawali catatan perjalanan saya ke Pulau Dewata. Sebenarnya pergi ke Bali bukanlah pengalaman saya yang pertama. Dulu, dulu sekali, saya pernah ke Bali, mengunjungi beberapa tempat wisata mainstream dengan keluarga. Tapi tetap saja bagi saya perjalanan kali ini adalah sebuah perjalanan yang meninggalkan kesan begitu banyak.
Saya pergi ke Bali dengan motor butut saya, ditemani seorang travelmate tambun yang cukup antusias menemani saya menjelajah Bali. Travelmate saya namanya Navan, seorang happy traveler, yang bercita-cita untuk menjadi travel writer handal dan menjadi Menteri Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia kelak. Di Jogja, dia menjadi aktivis sebuah club traveling yang bernama CLR, kepanjangan dari Community of Lampah-Lampah Rajelas. Fortunately Navan adalah adik saya sendiri.

***
Sampai di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, kami berdua masih harus menyusuri Negara dan Tabanan untuk menemukan Denpasar. Itu menempuh sekitar lima jam perjalanan. Untungnya pemandangan alami di sepanjang jalan mengiringi kami menuju Denpasar. Tidak banyak hal yang bisa kami catat. Tujuan kami satu, segera menemukan Denpasar dan bertemu dengan teman saya, Yoga, anak ISI Bali yang akhirnya mengantarkan kami menuju Sayan, Ubud.
Awalnya Yoga agak bingung untuk menemukan sebuah desa bernama Sayan di tempat sekeren Ubud. Dengan bantuan Gusman, temannya yang tinggal di Ubud akhirnya kami menemukan desa Sayan dan mendapatkan penginapan di rumah seorang kepala banjar. Harga yang ditawarkan terbilang sangat murah dibandingkan dengan banyak hal yang bisa kita dapat.
Sebenarnya di Ubud sendiri banyak jasa penginapan dan homestay untuk para turis di sekitar Jalan Raya Ubud. Tapi konsekuensinya jelas: harganya mahal! lima kali lipat jika Anda mencari penginapan dan homestay di sekitar Sayan. Padahal jarak dari Sayan dan Ubud cukup dekat. Memang bagi low cost traveler seperti saya harus sedikit susah untuk mendapatkan harga yang jauh lebih murah.
Bapak kos saya adalah seorang kepala banjar di desa Sayan. Namanya Subakta, dia adalah seorang pemusik Bali yang bagus. Dalam sebuah pertunjukan ia bermain sebagai peniup seruling Bali, tugasnya memberikan nuansa dan rasa di tengah musik gamelan Bali yang terdengar rancak. Memainkannya sih bagi saya cukup susah, mulut harus digoyang-goyangkan untuk mendapatkan nada dan tempo yang pas. Saya melihatnya memainkan seruling saat saya mengikuti prosesi upacara Odalan di salah satu warga banjar. Pak Subakta setiap minggunya bermain di Four Seasons Resort. Ada dua kamar di rumahnya yang dijadikan kos. Saya tempati kamar yang lebih sederhana. Tempatnya di Bale Dauh, sebutan orang Bali untuk bagian rumah di sebelah barat.


***
Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk beradaptasi dengan masyarakat Sayan. Mereka sangat ramah dan penuh welcome. Mungkin karena itu Bali begitu dicintai para pelancong. Saya pun dalam minggu kedua sudah diajak jalan santai yang diadakan oleh karang taruna setempat. Saya pun ikut, sembari mengamati kebiasaan dan kesukaan anak muda Sayan. Jalan santainya sendiri cukup aneh; dilakukan pada malam hari. Perasaan kalo di Jawa yang namanya jalan santai itu selalu pagi dan Agustus deh.
Seperti yang sudah saya bilang, seperti Putu, kebanyakan anak muda Sayan adalah pecinta punkrock dan rockabilly. Kebanyakan dari mereka adalah Outsiders, para pengemar SID. Itu terpancar jelas dari dandanan dan gaya hidup mereka. Mabuk tuak dan arak Bali adalah hal lumrah yang diadakan anak muda seusia saya setiap saat sebelum tidur. Orang tua mereka pun sudah menerima itu sebagai sebuah bagian dari budaya. Biasanya mereka memulainya sejak umur belasan, sekitar SMP atau SMA awal. Anak muda Sayan juga kebanyakan memilih bekerja di usia muda dan tidak melanjutkan kuliah. Itu artinya mereka bisa membeli arak dengan duit mereka sendiri. Beberapa yang melanjutkan kuliah biasanya mengambil sekolah tinggi pariwisata, beberapa mengambil program sarjana, namun kebanyakan diploma.

***
Oh ya, saya juga mau cerita tentang makanan. Ada sebuah warung langganan saya, namanya warung bu Toyo. Dia orang Situbondo aseli, merantau ke Bali sejak puluhan tahun yang lalu dengan suaminya. Awalnya sang suami adalah kuli bangunan, namun saat ini mereka berdua membuat sebuah warung halal. Karena berada di dekat kos saya, jadi setiap hari saya nongkrong di sana kalo pagi. Kalo saya pikir lagi, ternyata pak Toyo itu mirip Arbain Rambey, hahaha.


***
Di chapter terakhir dalam Living Sayan ini saya mau bilang kalo Sayan, desa tempat saya tinggal itu bagus banget viewnya! buat yang hobi foto pasti demen. Kamu mau cari sawah berundak ada, mau rafting juga ada. Di Sayan juga terdapat mata air suci, kalo orang Bali menyebut mata air dengan nama yeh. Banyak juga resor dan villa yang dibangun di Sayan. Salah satu yang paling terkenal di dunia adalah Villa Taman Bebek, interiornya pernah direview dalam buku desain interior dan arsitektur yang berjudul Inside Asia. Lewat pekarangan belakangnya kamu bisa lihat sungai Ayung dan hamparan sawah terasering yang Bali banget. Serong di seberang kos saya ada villa milik Laksamana Sukardi.
Ini saya kasih beberapa foto jepretan saya tentang desa Sayan.






10 comments:
sepertinya saya mengalami sindrom mencuci a la anak kos yg sama dg anda,wew
beruntungnya mas boleh pake mesin cuci bpk kos... saya di kos an kkn hrus mencuci secara manual kalo gak mau keluar duit buat laundry,huhu
yos...aq paling suka foto yang di swah..yg awannya sprti mnari dan bergerak! awesome! ancrittt!!
Ya bagus lah din, itu namanya tirakat :p
@ anaksemeru
hehe makasih. yang saya lihat jauh lebih indah daripada foto...
aarrgghh manteb yos! apik tenan foto di sawahnya! pasti di laptopmu lebih banyak lagi toh foto-fotonya? kalo dikosan liat ya?:p
@ noekriwil
iya emang banyak foto bagus, maaf nggak bisa aku keluarkan di sini, nanti di kos liat aja di laptop :)
sekalian ngasih kamu Buddha Bar, hehehe
ya aku stuju tentang sepeda bututmu...
saya bersaksi memang tuh sepeda sudah amat ringkih...
tapi kelebihannya, sudah kemana-mana..
* baca singkatan CLR*
...kikikik....minta ijin masuk kamusku Om...ahahahahaha.
om pestipal jajan bango SBY kapan ya......?
greAT...!
great...!
Post a Comment