Teks dan foto: Winda Savitri
Baru kali ini saya ke Purwakarta, mengantar kakak kondangan sekaligus ingin mengunjungi Waduk Cirata. Sebelumnya saya mampir ke warung makan 'Cibungur' yang menjual sate Maranggi. Saya ingin tahu seperti apa rasanya.
Tak heran jika banyak pengunjung yang datang dari jauh khusus untuk menikmati sajian sate yang tidak biasa ini. "Saya dari Tanah Kusir, Jakarta. Ke sini cuman pengen makan sate Maranggi" sahut seorang ibu di seberang meja saya.
Sebenarnya apa sih yang membuat Maranggi berbeda? Bahannya sama, bisa dipilih dari sapi, kambing atau ayam. Beda Maranggi dengan sate lainnya adalah, sate ini tidak memakai bumbu kacang sebagai sausnya, melainkan serupa sambal. Yaitu campuran tomat yang diiris tipis dengan cabai kecil hijau yang telah dihaluskan. Tak lupa perasan jeruk limau sebagai balancing. Wuhu, segar dan cukup membuat saya bermandi keringat saat mencicipinya.
Sate ini memiliki tekstur daging yang empuk. Bumbu lengkuasnya cukup rata di setiap irisan daging. Begitu dikunyah, hmm, manisnya terasa.
Maranggi bisa hadir sendiri, bisa juga dengan beberapa pilihan menu. Umumnya Maranggi ditemani sop, gulai, dan juga es kelapa muda.
Untuk perjalanan yang ditempuh sekitar 50 km dari rumah, Maranggi totally worthy. Letaknya juga tak jauh dari KM60 tol Cikampek dari arah Jakarta. Saya hitung di Google Maps jaraknya 95 kilometer dari pusat Jakarta, dengan mobil berkecepatan sedang, dalam dua jam kita bisa mencapai Purwakarta.
Harganya cukup oke, daripada dibuat ke mall. Sepuluh tusuk sate kambing, sepuluh tusuk sate sapi, semangkuk sop daging, tiga piring nasi putih, plus tiga es kelapa muda dibandrol seratus ribu rupiah. Menarik bukan?
Maka jika oom dan tante sekalian ada yang plesir ke Purwakarta atau sekitarnya, bolehlah mencoba sensasi sate Maranggi 'Cibungur' yang ada di daerah Sadang ini.
Bon appetite!
Tak heran jika banyak pengunjung yang datang dari jauh khusus untuk menikmati sajian sate yang tidak biasa ini. "Saya dari Tanah Kusir, Jakarta. Ke sini cuman pengen makan sate Maranggi" sahut seorang ibu di seberang meja saya.
Sebenarnya apa sih yang membuat Maranggi berbeda? Bahannya sama, bisa dipilih dari sapi, kambing atau ayam. Beda Maranggi dengan sate lainnya adalah, sate ini tidak memakai bumbu kacang sebagai sausnya, melainkan serupa sambal. Yaitu campuran tomat yang diiris tipis dengan cabai kecil hijau yang telah dihaluskan. Tak lupa perasan jeruk limau sebagai balancing. Wuhu, segar dan cukup membuat saya bermandi keringat saat mencicipinya.
Sate ini memiliki tekstur daging yang empuk. Bumbu lengkuasnya cukup rata di setiap irisan daging. Begitu dikunyah, hmm, manisnya terasa.
Maranggi bisa hadir sendiri, bisa juga dengan beberapa pilihan menu. Umumnya Maranggi ditemani sop, gulai, dan juga es kelapa muda.
Untuk perjalanan yang ditempuh sekitar 50 km dari rumah, Maranggi totally worthy. Letaknya juga tak jauh dari KM60 tol Cikampek dari arah Jakarta. Saya hitung di Google Maps jaraknya 95 kilometer dari pusat Jakarta, dengan mobil berkecepatan sedang, dalam dua jam kita bisa mencapai Purwakarta.
Harganya cukup oke, daripada dibuat ke mall. Sepuluh tusuk sate kambing, sepuluh tusuk sate sapi, semangkuk sop daging, tiga piring nasi putih, plus tiga es kelapa muda dibandrol seratus ribu rupiah. Menarik bukan?
Maka jika oom dan tante sekalian ada yang plesir ke Purwakarta atau sekitarnya, bolehlah mencoba sensasi sate Maranggi 'Cibungur' yang ada di daerah Sadang ini.
Bon appetite!